29 Wanita Asal Indonesia Jadi Korban Perdagangan Manusia di Tiongkok

Monika korban perdagangan manusia di tiongkok
Monika (bertopi) korban perdagangan manusia ke China dengan modus akan dinikahkan saat melakukan jumpa pers.

JAKARTA- Kasus ini sendiri terungkap setelah salah satu korban bernama  Monika, 24 tahun, asal Kalimantan Barat yang berhasil melarikan diri dari perlakukan kekerasan yang dialaminya selama di China.

Dikisahkan Monika, dirinya bisa terjerumus lantaran tergiur dengan iming-iming yang disampaikan oleh para makcomblang yang mengaku akan menikahkannya dengan pria asal China dengan kehidupan yang mapan.

Bacaan Lainnya

“Kamu nanti di sana dibelikan emas, kirim orangtua pasti ada. Kamu berkecukupan, mereka juga memperlakukan kamu dengan baik. Kamu mau pulang di sana nanti bisa telepon kami saja nanti kami urus pulang. Kenyataannya sampai sana nggak ada,” ungkapnya.

Monika korban perdagangan manusia

Dirinya sempat curiga dengan makcomblang yang mau menikahkannya dengan pria asal China. Sebab, dia tidak diperbolehkan berfoto dan mengabarkan lokasi selama perjalanan dengan alasan khawatir diketahui polisi.

Pernyataan makcomblang ini membuat dirinya curiga dan bertanya apakah apa yang dilakukannya ini legal dan apakah dia akan selamat serta hidup bahagia di sana?

“Curiga sih. Tanya mak comblangnya, ini aman nggak sih aku menikah? Resmi nggak sih? Dia bilang kamu aman. Jadi kamu nggak perlu takut,” ujarnya.

Namun, Monika tetap membulatkan hati berangkat ke China, pada September 2018 dia tiba ke Negara Tirai Bambu tersebut.

Wal hasil apa yang dicurigainya menjadi kenyataan, Monika mengaku selama 10 bulan dia disuruh kerja paksa tanpa bayaran serta terus menerus mengalami kekerasan seksual.

29 Wanita Asal Indonesia Jadi Korban Perdagangan Manusia di Tiongkok 1

“Makcomblangnya lari semua, nggak ada kabar semua, nggak aktif semua nomornya,” jelasnya.

Syukurnya nasib Monika bisa terselamatkan dengan bantuan mahasiswa Indonesia yang berada di sana,

Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) sendiri mencatat ada 29 perempuan jadi korban pengantin pesanan di China selama 2016-2019 dan benar bahwa modus yang digunakan yakni akan dinikahkan.

“Dia sama-sama kerja dari jam 7 sampai 6 sore. Kemudian ada lagi kerja tambahan merangkai bunga sampai jam 9 malam. Jadi dia kerja. Tapi dari pekerjaan-pekerjaan itu dia nggak dapat apa-apa. Semua upahnya itu ke suami atau ke mertua,” ujarnya Sekjen SBMI Bobi Anwar Maarif, dalam konferensi pers di LBH Jakarta, Minggu (23/6).

Para perempuan ini berasal dari Jawa Barat (16 orang) dan Kalimantan Barat (13 orang). Mereka dikenalkan dengan lelaki di China lewat mak comblang atau pencari jodoh.

Kata Bobi, para perempuan ini tergoda dengan iming-iming uang. “Dari cerita-cerita yang kami dapatkan itu memang mereka butuh duit,” jelasnya.

Di tempat yang sama Pengacara LBH Jakarta, Oky Wiratama, mendesak kepolisian mengungkap sindikat perekrut dengan UU Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

“Calo-calonya, perekrutnya, agen-agennya yang ngurus ke Dukcapil, itu yang harusnya ditangkap,” ujarnya dalam kesempatan yang sama. SABIQ.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *