Cegah Kebocoran, KPK Usul Pemberantasan Korupsi Masuk Kurikulum Sekolah

KPK
Wakil Komesioner KPK, Saud Situmorang

SURABAYA-Mulai dari Kementerian Agama hingga penegak hukum pernah diberitakan oknumnya terjerat hukum akibat ‘merampok’ uang negara.

Memang perlu penanganan lama untuk mengatasi masalah ini. Sebab, korupsi terjadi bukan hanya karena kemiskinan kultural dan struktural.

Ide pun tercetus Wakil Ketua KPK, Saut Situmorang. Menurut dia perlu ada pemahaman semenjak dini untuk memberangus korupsi.

Salah satu cara yang ditawarkan yakni dengan memasukkan kurikulum pemberantasan korupsi di sekolah-sekolah.

“Jadi jangan dijadikan beban kurikulum agar siswa mampu menerapkannya, nanti juga tidak ada ujiannya, karena sudah diterapkan setiap hari,” kata Saut dalam workshop.

Saut juga berpesan kepada peserta workshop yang merupakan guru dan kepala sekolah di Kota Pahlawan itu untuk menanamkan sembilan nilai dasar yang sudah dijalankan di KPK.

“Tanamkan nilai kesederhanaan, kejujuran, berani, adil, dan lain-lain itu ke dalam pelajaran. Semua itu harus terintegrasi dengan pelajaran,” ujarnya.

Kondisi sekarang ini, lanjut Saut, anak-anak sudah mengukur dunia ini dari benda. Hal ini sangat berbahaya bagi bangsa Indonesia ketika dijadikan ukuran. “Tanamkan nilai-nilai integritas. Pengayaan bisa melalui kearifan lokal,” katanya.

Saut menuturkan, jangan sampai anak-anak ini yang bersekolah di tempat bagus, kemudian memiliki karier bagus hingga menjadi pejabat, malah terjerumus. “Banyak yang ditangkap KPK itu pendidikannya S2, S3. Maka dari itu, kita jaga integritas mereka dengan memasukkan pendidikan antikorupsi,” katanya.

Selain itu, Saut juga sempat memuji Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang dinilai sosok kepala daerah yang dapat menginspirasi Indonesia. Makanya, lanjut dia, seringkali dia meminta kepada kepala daerah lainnya di Indonesia ini untuk belajar kepada Wali Kota Risma di Surabaya.

“Ibu (Risma) ini menginspirasi Indonesia. Makanya kami sudah minta beberapa kepala daerah untuk belajar kepada ibu,” kata Saut.

Meskipun pada akhirnya, ada beberapa daerah yang sudah belajar ke Surabaya, kerjanya tetap saja melambat, dan itu tidak masalah. Sebab, ada beberapa daerah pula yang setelah belajar ke Surabaya, banyak perubahan yang dilakukan.”Mungkin Bu Risma sudah tahu itu dan paham itu,” katanya. SABIQ

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *