KARAWANG-Hal ini disebabkan karena ribuan nelayan tersebut tidak bisa melaut lantaran ikan menghilang dan air mengandung merkuri.
Menurut penuturan dari aktivis lingkungan hidup, Fani dari KAWALI (Koalisi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) pihaknya sudah melakukan kunjungan ke pihak Kantor Bupati Karawang agar nasib para nelayan dan kerusakan yang terjadi dapat diatasi secepatnya. Sebab menurut Fani, ribuan nelayan tidak bisa melaut pada hal kebutuhan rumah tangga harus dipenuhi .
“Dan Pertamina terkesan tidak mau bertanggungjawab atas kasus ini, sedangkan mereka kelaparan karena tidak ada penghasilan,” kata dia.
Fani juga mengatakan bahwa profesi nelayan pun dihina dengan mempekerjakan mereka menjadi kuli pembersih limbah minyak di kisaran laut pantura.
“Posisi gagal ekploitasi migas itu sekitar 9 mil dari Kawasan Pasir Putih, Karawang, ekplorasi migas di tempat itu merupakan kawasan yang mengandung migas terbesar di Jawa Barat, jadi nggak kebayang berapa limbah yang mencemari lingkungan dan dampak yang dihasilkan. Ironisnya kenapa nelayan yang harus bertanggungjawab dengan menjadi kuli membersihkan laut, ini mana tanggungjawab Pertamina,” ungkapnya.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyatakan pihaknya telah melakukan upaya maksimal untuk menangani kejadian semburan minyak dari sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ).
“Intinya kami fokus penanganan, kritikan dan teguran membangun kami semua. Kami percepat, kami tingkatkan kordinasi,” ujar Fajriyah ke Katadata.co.id pada Senin (5/8). Salah satu upayanya dengan memanggil tim ahli dari Amerika yang telah menangani ledakan rig Deepwater Horizon di Gulf, Mexico. “Kami sudah hire the best people yang mempunyai proven experience di situ. Berdasarkan track record tidak pernah gagal, “katanya.SABIQ