Ditengah Isu Resesi, Gerindra: Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2 Persen Cukup Realistis

Ditengah Berkembangnya Isu Resesi, Gerindra: Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2 Persen Cukup Realistis

JAKARTA – Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi Gerindra, Kamrussamad menyebutkan resesi merupakan inti terganggunya supply dan demand. Pengaruh dari hal tersebut mengakibatkan faktor di luar kendali seluruh keputusan pengambil ekosistem ekonomi, baik ditingkat domestik maupun di global.

Politisi Partai Gerindra dari Dapil Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu itu mengungkapkan dalam diskusi bertajuk “Membedah Target Pertumbuhan ekonomi di Tengah Isu Resesi”. bahwa ada resesinya karena ada faktor yang diluar daripada prediksi kita yang terjadi pada desember 2021 yaitu adanya perang antara Rusia dan Ukraina.

Bacaan Lainnya

Pada awalnya pemerintah dan DPR RI hanya memprediksi kemungkinan akan terjadi Covid-19 lagi dengan varian baru dan seterusnya. Namun, hal diluar dugaan yakni pengaruh perang antara Rusia dan Ukraina.

“Kalau laut Cina Selatan Kita udah prediksi antara Taiwan dengan Tiongkok juga kita sudah prediksi, antara Korea Utara dan Korea Selatan juga sudah kita masukkan dalam variabel, tetapi kemudian kenyataannya lain dan situasi 2022 udah berbeda dengan 2023 hari ini,” katanya kepada wartawan.

Akibat perang tersebut, tidak hanya Indonesia melainkan seluruh negara mulai adaptif terhadap perang yang terjadi.

“Apa artinya? Supply dan demand sudah jauh lebih lancar sekarang sehingga tidak ada kekhawatiran lagi seharusnya di tahun ini tentang resesi kecuali sesuatu yang di luar prediksi kita unpredictibel itu bisa terjadi. Apa itu? Tidak ada yang bisa tahu,”ungkapnya.

Ditambahkan Kamrussamad, target pertumbuhan tahun 2023 yang ditetapkan oleh pemerintah dan DPR RI sebesar 5,2 persen merupakan target yang realistis dan itu akan mudah dicapai.

“Yang menjadi pertanyaan besar itu adalah, sejauh mana kualitas pertumbuhan ekonomi tersebut, kalau kita bedah pertumbuhan ekonomi di 2022 yang lima koma sekian persen, di mana 50,8 persen digerakkan oleh konsumsi rumah tangga, ini yang menjadi pertanyaan besar, di mana peran signifikan, program hilirisasi industri, terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, berkualitasnya diukur dari mana,” bebernya.

Kamrussamad menerangkan, banyak teori mengatakan, setiap pertumbuhan ekonomi 1% idealnya menciptakan 500.000 lapangan kerja baru, tapi faktanya angka kemiskinan ekstrem mengalami penambahan 0,3 menurut BPS di kuartal ke-4 Tahun 2022

“Karena itu kita coba lihat lagi, beberapa provinsi mengalami pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Maluku Utara 27 koma sekian persen, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara, juga di atas pertumbuhan ekonomi nasional,” beber Kamrussamad.

Namun bagaimanapun, lanjut Kamrussamad, penurunan angka kemiskinan dan pengurangan angka penganggguran di provinsi-provinsi di atas faktanya belum signifikan.

“Tidak sesuai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai, berarti transmisi kebijakan, hilirisasi industri belum sepenuhnya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Inilah sebetulnya yang ingin mendorong kepada pemerintah, supaya ini segera diimplementasikan,” ungkap Kamrussamad.

Legislator asal Dapil DKI Jakarta 3 ini berharap, spending better yang selalu digaungkan oleh Kementerian Keuangan yang tahun lalu belum tercermin sepenuhnya, betul-betul bisa mencerminkan semangat itu di tahun ini.

“Karena itu kami menyampaikan kepada pemerintah, ekonomi kita ini jangan sampai pertumbuhannya tercapai karena autopilot, kita ingin harus by design berdasarkan arah kebijakan yang ingin kita capai yang sudah kita disepakati dengan parlemen,” pungkas Kamrussamad

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *