Kamrussamad: Pemerintah Jangan Ciptakan Ketakutan Tentang Resesi

Kamrussamad: Pemerintah Jangan Ciptakan Ketakutan Tentang Resesi

JAKARTA – Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra, Kamrussamad meminta pemerintah tidak menciptakan ketakutan berlebihan terkait resesi.

Ketakutan tersebut muncul setelah laporan Menteri Keuangan, Sri Mulyani kepada Presiden Jokowi usai pertemuan antara Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dengan Sri Mulyani.

Bacaan Lainnya

Sri Mulyani melaporkan kepada Jokowi bahwa Sudah ada 28 negara yang antre masuk di IMF, akibat kondisi resesi. Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa IMF juga menyatakan bahwa sudah 66 negara berada pada posisi yang rentan untuk kolaps.

Kondisi tersebut terjadi disebabkan karena sepertiga ekonomi dunia telah mengalami resesi atau pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Menanggapi hal tersebut, Politisi Partai Gerindra dari Daerah Pemilihan Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu itu menegaskan hal tersebut perlu disikapi secara proporsional dan waspada, tapi tidak perlu terlalu insecure dan diliputi ketakutan yang berlebihan.

“Ekonomi Global saat ini memang gejolak yang telah memangkas pertumbuhan ekonomi dunia dari 2,9% menjadi 2,7%. Namun jangan sampai laporan dari Menkeu Sri Mulyani, membuat market menjadi takut. Artikulasi kepada publik di tengah situasi saat ini, harus optimis.” Katanya kepada Saluran8.com. Kamis (13/10/2022).

Menurut Kamrussamad, ekonomi Indonesia memiliki kemampuan yang cukup baik dalam mengahadapi berbagai tantangan. hal tersebut dapat dibuktikan saat era orde baru, era refomasi hingga hantaman Pandemi Covid-19.

“Ekonomi kita cukup memiliki resliensi yang baik. Mulai dari era Orba sampai dengan Reformasi. optimisme tersebut dapat terlihat dari pemulihan ekonomi di kuartal II 2022 yang relatif merata setelah kebijakan pelonggaran mobilitas dan turunnya kasus Covid-19.” terangnya.

Kamrussamad menjelaskan pertumbuhan ekonomi juga positif. Kita mampu tumbuh di 5,44% secara year on year (yoy). Ini jauh lebih baik dari perkiraan pasar yang saat itu hanya mematok pertumbuhan 5,2% yoy.

“Dari aspek inflasi, meskipun inflasi di September berada di level 1,17% secara month on month (mom) atau sebesar 5,95% secara yoy. Ini karena kenaikan harga energi. Tapi, inflasi secara year to date (ytd) relatif rendah dibandingkan negara-negara lain, yaitu 4,84%.” tuturnya.

“Jadi, waspada boleh. Tapi tidak perlu diliputi ketakutan.” tutupnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *