Kasus Cacar Monyet: 6 Rekomendasi dari PB IDI untuk Menanggulangi Peningkatan Kasusnya

Kasus Cacar Monyet: 6 Rekomendasi dari PB IDI untuk Menanggulangi Peningkatan Kasusnya

Kasus infeksi virus Mpox alias cacar monyet telah kembali mendapat perhatian. Di Indonesia khususnya di Jakarta, telah tercatat 15 orang dengan kasus positif, dan 1 kasus sembuh (Agustus 2022). Dari 14 orang kasus positif aktif, semuanya bergejala positif dan diduga tertular lewat kontak seksual. Hal ini yang membuat penularan semakin cepat.

Ketua Satgas MPox PB IDI, Dr Hanny Nilasari, Sp DVE mengatakan, tingginya Mpox di Asia Tenggara disebabkan karena masyarakat masih kurang pengetahuan mengenai penyakit ini dan cara menghindarinya. Akhirnya, tidak ada upaya pencegahan.

Bacaan Lainnya

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT, PB IDI menyampaikan, PB IDI terus melakukan kerja sama dengan pemangku kepentingan untuk mengurangi jumlah kasus cacar monyet. Selain itu, fokus dari PB IDI juga mengarah kepada peningkatan kesadaran masyarakat akan penyakit ini.

WHO menyebutkan, penyakit ini cukup terabaikan di Asia Tenggara. Apalagi, fasilitas medis di sana juga belum sepenuhnya memadai. Kementerian Kesehatan RI pun telah menyediakan vaksin MPox untuk 495 orang.

PB IDI menyarankan beberapa hal terkait penanganan Mpox di antaranya:

  1. Perlunya edukasi kepada masyarakat luas tentang Mpox, penularan, pencegahan, serta deteksi dini.
  2. Memberitahu untuk selalu menjaga kontak fisik dengan pasien terduga Mpox, tidak menggunakan barang bersama misalnya handuk yang belum dicuci, pakaian yang belum dicuci, atau berbagi tempat tidur , alat mandi dan perlengkapan tidur seperti sprei, bantal, dan lainnya.
  3. Untuk populasi risiko tinggi misalnya memiliki multipartner, dan kondisi imunokompromais (autoimun, penyakit kronis lainnya) haus hindari perilaku yang berisiko. Hubungan seksual harus dilakukan dengan aman menggunakan kondom serta lakukan vaksinasi.
  4. Kepada masyarakat umum, terlebih bagi populasi diatas, dianjurkan untuk segera mengunjungi dokter apabila muncul gejala lesi kulit yang tidak khas dan didahului demam.
  5. Pada kasus terduga Mpox, perlu dilakukan skrining atau pemeriksaan awal berupa wawancara tentang perkembangan penyakit (anamnesis), pemeriksaan lesi kulit dan organ-organ secara detail dan lengkap (PF), serta pemeriksaan swab.
  6. Penyediaan obat antivirus dan vaksin didesentralisasi di Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dan diberikan atas indikasi serta skala prioritas.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *