NAYPYITAW – Polisi mulai membubarkan pengunjuk rasa pro-demokrasi pada hari Senin (22/2) saat seluruh ekonomi di negara Myanmar tersendat akibat adanya aksi mogok yang dilakukan para penentang kudeta militer, walaupun sudah ada ancaman korban jiwa dari pihak berwenang.
Tiga minggu setelah merebut kekuasaan, junta militer Myanmar masih belum bisa menghentikan protes harian dan gerakan pembangkangan sipil yang menyerukan pembalikan kudeta yang dilakukan pada 1 Februari lalu dan pembebasan pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi.
“Mereka mengejar dan menangkap kami. Kami hanya memprotes dengan damai,” kata seorang wanita dalam sebuah video yang diposting di Facebook mengutip Reuters.
Setidaknya selama protes berlangsung sebanyak tiga orang dinyatakan tewas, dua orang ditembak mati di Mandalay pada hari Sabtu (20/2) dan satu lainnya tewas pada hari Jumat (19/2) lalu akibat menderita luka tembak.
Sebelumnya junta militer Myanmar telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap 6 selebriti karena diklaim menjadi pemicu aksi mogok yang membuat aktivitas pada sektor perkantoran lumpuh dan aksi penolakan kudeta yang dilakukan pada awal bulan Februari 2021.
Militer setempat mengumumkan bahwa enam selebriti ini yang terdiri dari sutradara film, aktor dan penyanyi dicari pihak berwenang karena dianggap melanggar undang-udang anti hasutan setelah mendorong para pegawai negeri untuk bergabung dalam protes penolakan kudeta tersebut.
Akibat tuduhan tersebut ke-6 selebriti ini diancam hukuman penjara selama 2 tahun, namun salah satu artis yang ada dalam daftar pencarian tersebut justru semakin gencar menyuarakan penolakannya trhadap kudeta militer Myanmar.
Discussion about this post