JAKARTA-Berdasarkan pertumbuhan utang BUMN, khususnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan BUMN yang menerbitkan obligasi, terlihat bahwa dalam 5 tahun terakhir, jumlah utang emiten BUMN melesat 66,39% dari Rp 2.966,37 triliun menjadi Rp 4.935,78 triliun.
Yang mengkhawatirkan adalah walaupun utang luar negeri (ULN) swasta lebih besar dari ULN BUMN, namun tetap saja 25,89% ULN BUMN mengalami kenaikan dari sekitar 40% dari tahun sebelumnya. Sementara pertumbuhan ULN swasta hanya naik 9,3% year on year.
Menyikapi hal ini
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengakui hingga saat ini posisi utang Indonesia sudah mencapai Rp 4.600 triliun. Ia mengatakan angka ini berada dalam ratio 30 persen dari GDP. Meski sudah menginjak angka empat ribuan triliun, namun ia menilai posisi utang ini masih aman.
“Utang kita banyak, benar sekali. Tapi menurut saya ini masih aman. Ya memang kita harus berutang. Karena belanja modal kita yang terus tergerus dalam porsi APBN,” ujar JK di Hotel Westin, Kamis (17/10).
Namun, jika dibandingkan negara tetanga seperti Malaysia yang utangnya mencapai 50 persen dari GDP Indonesia masih lebih baik. Ia juga mencontohkan posisi Turki yang memiliki utang sampai 80 persen dari GDPnya. Menurut JK, negara memiliki utang tak masalah, asal negara masih dalam kondisi yang sehat.
“Teorinya kita masih aman. Karena kita masih mampu untuk membayarnya. Kita memang banyak mengeluarkan utang melalui skema obligasi, bond dan lain lain. Tapi saya rasa kita masih mampu membayar. Utang tersebut juga kami ambil untuk belanja produktif,” kata JK.