JAKARTA-Menurut dia, pemindahan dana yang digunakan untuk pemindahan Ibukota Negara sangat besar yaitu sebesar Rp 466 triliun dan lebih bermanfaat digunakan untuk membangun sumber daya manusia (SDM).
“Jadi kita harus mendahulukan SDM di atas segala-galanya,” ujarnya saat ditemui di Jakarta Design Center, Jakarta Barat, 19 Agustus 2019.
Pada saat ini, menurut Emil Salim kualitas SDM Indonesia masih sangat rendah dan posisinya berada di peringkat 62 diantara 70 negara.
Masih menurut dia, pembangunan Ibukota baru berdampak kepada pengeluaran negara yang semakin besar dan ongkos berusaha di Indonesia semakin mahal pula.
Sebab, secara logika bahwa pelaku usaha harus bolak-balik untuk mengurus perizinan ke Kalimantan yang digadang-gadang bakal menjadi lokasi ibu kota baru.
Dikatakan dia pula bahwa pada saat ini Indonesia memiliki bonus demografi yang sangat baik, oleh karenanya, kesempatan ini baiknya digunakan untuk meningkatkan kualitas manusia yang unggul, sebab, kondisi serupa tidak akan bisa terulang.
“Ini menjadi prioritas oleh karena itu bonus demografi mulai tahun 2020 sampai tahun 2035 setelah itu tidak ada lagi. Jadi kelompok ini yang harus digenjot habis-habisan,” ucapnya.
Ia juga memaparkan bahwa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih menjadi angkatan kerja yang memiliki tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang cukup tinggi dibandingkan lulusan yang lain. Menurut data yang ia tampilkan, pada Februari 2019 SMK capai 8,63 persen, lalu Diploma 6,89 persen dan Universitas capai 6,24 persen.
Emil menjelaskan salah satu cara meningkatkan SDM ini yakni dengan mencontoh Singapura. “Kembangkan sekolah-sekolah menjadi lebih banyak, gurunya diperbaiki, kirim gurunya ke Singapura. Bagaimana mendidik matematika, sains, dan baca,” ungkap dia.
Jika program pengembangan SDM ini berhasil, kata Emil tidak ada yang tidak mungkin untuk membangun ibu kota dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk kemajuan sebuah negara. SABIQ